Dari seluruh pengetahuan yang kita dapat, 70% berasal dari apa yang kita lihat. Tetapi jika kita menyadari dalam suatu pembentukan organ pada janin, sebenarnya mata adalah organ terakhir yang terbentuk. Oleh sebab itu dalam belajar dan mencari pengetahuan, sebenarnya seseorang bisa memanfaatkan empat indera lain di tubuhnya.

Menyadari filosofi tersebut, co-founder Think.Web Ramya Prajna mengatakan, bagi seseorang yang bisa melihat, menonton film atau video adalah kegiatan sangat biasa. Tetapi bagi orang yang memiliki keterbatasan penglihatan atau tunanetra, membutuhkan fasilitas yang berbeda dengan orang yang melihat normal.

Oleh sebab itu mengutip dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Anis Baswedan, “Daripada mengutuk gelap lebih baik menyalakan lilin”, Ramya menginisiasi website YouTubeForTheBlind.com, yakni layanan video untuk tunanetra.

“Saya punya pertanyaan bodoh sebelumnya, teman-teman tunanetra ini kalau main internet, buka Facebook itu seperti apa sih? Saya pikir sepertinya menonton Youtube itu tidak ada dalam kamus mereka,” ujar Ramya dalam kesempatan peluncuran YouTubeForTheBlind.com di Blitz Megaplex Pacific Place, Jakarta Pusat, Rabu (18/3/2015).

Pertanyaan itu ternyata membawa Ramya kepada teman-teman di Yayasan Mitra Netra. Ternyata dalam keseharian mereka sama seperti orang yang bisa melihat, mereka menggunakan Facebook, Twitter, menulis blog, beberapa ada yang berjualan online, bahkan sampai membuat website. Semua keterampilan itu ternyata mereka dapatkan melalui kursus di Yayasan Mitra Netra.

Tetapi untuk menonton YouTube, Ramya melihat bahwa fungsinya menjadi sama seperti MP3 player, hanya bisa didengar musiknya saja. Dari situ, Think.Web memberanikan diri untuk menginisiasi program YouTube untuk penyandang tunanetra.

Di sisi lain, Kabag Humas Yayasan Mitra Netra, Aria Indrawati menuturkan  ini tidak ada seorangpun yang dikasih pilihan untuk terlahir menjadi buta. Angka kebutaan di Indonesia cukup tinggi mencapai 1,5% dari jumlah penduduk di Indonesia menurut data Kementerian Kesehatan. Minimnya akses terutama pendidikan dan pekerjaan, atas dasar itu yayasan yang baru lahir pada 14 Mei 1991 ini hadir untuk memberikan dukungan pada tunanetra di Indonesia.

“Oleh sebab itu seorang tunanetra jika tidak punya gangguan kecerdasan, sudah seharusnya masuk ke sekolah umum. Karena pengalaman bersosialisasi itu sangat penting, berteman dengan yang bukan tunanetra, seperti lingkungan sosial pada umumnya,” jelas wanita yang mengaku suka olahraga golf dan rafting ini.

Selain itu, bagi para pemberi kerja setelah tahu bahwa tunanetra ini juga bisa menggunakan komputer, perlahan tapi pasti, kini para pemberi kerja sudah mulai banyak yang memberikan kesempatan itu. Namun saat ini kebanyakan perusahaan multinasional yang baru melakukannya.

“Dulu kami disebut penderita tunanetra, padahal kami sama sekali tidak menderita. Dengan peluncuran YouTubeForTheBlind.com ini, kami berharap akan hadir layanan serupa lebih banyak lagi. Tentunya dengan bidang-bidang yang lebih bervariasi,” ucap Aria.

Senada dengan yang disampaikan Aria, kepala bagian pelatihan kursus komputer bicara untuk tunanetra di Yayasan Mitra Netra, Suryo Pramono mengatakan tugasnya mengajarkan bagaimana teman-teman tunanetra itu bisa menggunakan komputer, sama seperti keahlian yang ia miliki.

“Pada awal datang, teman-teman tunanetra itu harus punya dua kemampuan dasar, yakni mengetik 10 jari dan membaca huruf braille.  Karena komputer yang digunakan tunanetra sama seperti yang digunakan orang, hanya bedanya ditambahkan program pembaca layar atau screen reader saja. Program ini fungsinya akan membacakan setiap menu atau tulisan yang ada di layar, jadi bisa membantu tunanetra untuk menggunakan komputer,” urai pria yang juga penyuka kegiatan outdoor seperti hiking dan rafting ini.

Dengan demikian, setelah mendapatkan ilmu dari Yayasan Mitra Netra, hampir dipastikan bahwa kaum disabilitas dengan keterbatasan penglihatan ini mampu menikmati video atau film yang tersedia di YouTubeForTheBlind.com.

Lebih dari itu, Ramya menegaskan bahwa program website ini murni niatnya adalah membantu tunanetra. Apalagi ditekankan bahwa website YouTubeForTheBlind.com ini tidak berencana ‘berjualan iklan’ untuk saat ini.

Oleh sebab itu, Ramya enggan mengkhawatirkan masalah hak cipta atau copyright kepemilikan video, karena memang semua video diambil dari situs populer asal Amerika Serikat YouTube. Dan sebagai informasi Jerukers, website ini sudah online sejak dua bulan lalu.

(Jeruknipis)